Agent Of Change

Selasa, 05 Juni 2012

                                                     Pengertian Agen Perubahan
Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Seorang agen perubahan juga dapat dikatakan merupakan seorang individu yang memengaruhi klien dalam mengambil keputusan inovasi agar sesuai dengan yang diharapkan oleh agen perubahan itu sendiri. Pekerjaan ini mencakup berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian dan sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan system klien (sasaran inovasi). Seorang agen perubahan biasanya mengadopsi  sebuah ide baru, tetapi dia juga dapat memperlambat proses difusi dan mencegah suatu adopsi dari inovasi dengan efek yang tidak diharapkan.
Banyak perbedaan dalam memutuskan bersama definisi dari agen perubahan. Guru-guru, para konsultan, dokter umum, agen perluasan agrikultural, pekerja pengembangan, dan sales. Dari kesemua agen perubahan tersebut memberikan suatu hubungan komunikasi antara sebuah sistem sumber dari beberapa yang serupa dan sistem klien. Salah satu peran utama dari agen perubahan adalah memfasilitasi aliran/arus inovasi dari pengusaha pembaharuan sampai kepada pendengar/audiens dari klien.
Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan ke klien harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari system klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen pembaharu. Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif.
Agen perubahan mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika didalamnya tidak terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara pengusaha pembaharuan (change agency) dan sistem klien. Sistem agen (agency) perubahan biasanya terdiri/tersusun dari individu-individu yang memiliki derajat/tingkat yang tinggi dalam menghargai suatu difusi yang sedang didifusikan; agen perubahan secara personal mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang agrikultur, science, atau bidang-bidang teknik lainnya. Tetapi biasanya pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang sedang didifusikan, oleh karena itu terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat terjadi hambatan komunikasi. Disinilah pentingnya agen pembaharu untuk penyampaian difusi inovasi agar dapat mudah diterima oleh klien.
Agen pembaharu harus mampu menjalin hubungan baik dengan pengusaha pembaharuan dan juga dengan system klien. Adanya kesenjangan heterophily pada kedua sisi agen pembaharu dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi. Sebagai penghubung antara kedua system yang berbeda sebaiknya agen pembaharu bersikap marginal, ia berdiri dengan satu kaki pada pengusaha pembaharu dan satu kaki yang lain pada klien. Keberhasilan agen pembaharu dalam melancarkan proses komunikasi antara pengusaha pembaharu dengan klien, merupakan kunci keberhasilan proses difusi inovasi. Selain itu agen pembaharu melakukan seleksi informasi untuk dapat disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan klien.
Pemimpin mereka (perusahaan pembaharuan) mengetahui bahwa sulit bagi mereka untuk mengkomunikasikan secara langsung suatu inovasi dengan klien. Mereka berbeda (heterophily) dalam sub-kebudayaan bahasa, status sosio-ekonomi, kepercayaan dan nilai-nilai. Jurang pemisah heterophily ini dari kedua sisi antara agen perubahan membuat peran konflik dan masalah yang pasti dalam komunikasi. Sebagai jembatan/penengah dua sistem berbeda, agen perubahan adalah sebuah figur/bentuk yang marginal/terpinggirkan dalam masing-masing dari dua dunia.
Sebagai tambahan untuk menghadapi masalah marginalitas sosial; agen-agen sosial harus berhadapan dengan masalah-masalah dari kelebihan informasi (information overload), kondisi dari individu atau sistem dimana input komunikasi yang berlebihan tidak dapat diproses dan dimanfaatkan/digunakan dapat menuju kerusakan. Banyaknya volume informasi mengenai inovasi mengalir/berasal dari agen perubahan (change agency) mungkin dapat mengatasi kapasitas agen perubahan untuk memilih pesan yang paling relevan untuk sistem klien. Dengan pemahaman akan kebutuhan dari klien-klien, seorang agen perubahan dapat secara selektif mengubah mereka hanya menjadi informasi yang relevan.
Tugas-Tugas Agen Perubahan
Menurut Rogers ada tujuh tugas utama yang harus ditempuh oleh seorang agen pembaharu dalam menyebarkan inovasi kepada masyarakat yaitu:
1) menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan
2) membina suatu hubungan dalam rangka perubahan.
3) mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
4) menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.
5) menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata
6) menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out
7) mencapai suatu terminal hubungan.

Peran Agen Perubahan
Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi lancar dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan klien. Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi akan lebih lancar.
Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran. Ada tujuh peran agen perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu sistem klien.
1.       Membangkitkan kebutuhan untuk berubah pada klien
Seorang agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar akan kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi, menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah tersebut. Agen perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting pada tahap ini  dan juga mencoba membantu klien untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik. Pada tahap ini agen pembaharu menentukan kebutuhan klien dan juga membantu caranya menemukan masalah atau kebutuhan dengan cara konsultatif
2.       Untuk memantapkan hubungan pertukaran informasi
Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus mengembangkan hubungan dengan kliennya dan harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen perubahan dapat meningkatkan hubungan dengan klien dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah klien. Klien harus menerima agen perubahan sebelum mereka akan menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh klien.
3.      Untuk menganalisis masalah klien
Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah yang dihadapi para klien untuk menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan mereka. Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan empatik dari sudut pandang klien. Disini agen perubahan akan mencoba untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba menemukan inovasi yang paling tepat. Agen perubahan melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen perubahan.
4.      Untuk menumbuhkan niat berubah pada klien
Setelah agen perubahan  menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen perubahan bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan inovasi.
5.      Mewujudkan niat klien ke dalam tindakan
Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap klien dalam menyesuaikan saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan interpersonal mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada tahap persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Change agent dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di kalangan sistem klien melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah mengadopsi.
6.      Untuk menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinyu (tidak berkelanjutannya inovasi)
Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai menguatkan pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti “membekukan” tingkah laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan ketika seorang klien sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam proses keputusan inovasi. Dengan kata lain
Agen perubahan harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7.      Mengakhiri hubungan ketergantungan
Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui diri (self-renewing) dalam bagian dari klien. Ketika perubahan telah terjadi pada klien dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan harus dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan kemampuan klien untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, change agent berusaha untuk merubah sistem klien dari posisi mempercayai change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka sendiri.
Faktor-Faktor Keberhasilan Agen Perubahan
Mengapa agen pembaharu berhasil dengan baik sedangkan yang lain tidak? Para ahli telah mencoba menjawab pertanyaan ini. Berdasarkan hasil penelitian maupun pengamatan terhadap berbagai proyek difusi inovasi dan hasilnya dirumuskan dalam bentuk generalisasi atau kesimpulan umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.       Usaha dari Agen Perubahan itu Sendiri
Satu faktor dalam kesuksesan agen perubahan adalah dari banyaknya waktu yang dihabiskan dalam aktivitas komunikasi dengan klien. Pernyataan generalisasi 9-1: Kesuksesan agen perubahan dalam menjaga adopsi inovasi oleh klien merupakan sesuatu yang positif berhubungan dengan usaha agen dalam menghubungi/melakukan mengkontak dengan klien.
2.        Orientasi Klien
Posisi agen perubahan sosial  adalah pertengahan antara agensi perubahan dan sistem klien. Agen perubahan adalah subjek kebutuhan untuk peran persaingan . seorang agen perubahan sering diharapkan untuk menjanjikan dalam perilaku pasti oleh agensi perubahan, dan pada waktu yang sama klien mengharapkan agen perubahan untuk mewujudkan tindakan-tindakan yang benar-benar berbeda.
Generalisasi 9-2 : “Kesuksesan Agen perubahan dalam menjamin adopsi inovasi dari klien secara positif berhubungan untuk orientasi seorang klien lebih daripada orientasi agensi perubahan”. Orientasi klien agen perubahan lebih kepada untuk diingatkan timbal balik untuk memilki penutup hubungan dengan klien mereka dan lebih dari kredibilitas dalam penglihatan klien mereka dan untuk dasar aktivitas difusi mereka dalam kebutuhan para klien.
3.      Kesesuaian inovasi dengan Kebutuhan Klien
Sebuah peranan penting dan sulit untuk agen perubahan untuk mendiagnosis kebutuhan para klien. Generalisasi 9-3 : :” Kesuksesan Agen perubahan dalam mernjamin adopsi inovasi dari klien secara positif  berhubungan untuk derajat dimana sebuah program difusi sesuai dengan kebutuhan para klien.
 Proyek perubahan itu mengabaikan klien dirasakan dibutuhkan sering serba salah atau membuar tidak diharapkan konsekuensinya. Untuk contoh, suatu perdesaan India telah disediakan dengan dana perkembangan untuk memperbaiki sumur-sumur irigasi dimana hasil panen dari lahan-lahan yang ada dapat menjadi berlimpah. Tapi, masyarakat ingin sumur untuk diminum karena mereka ingin membawa air mereka beberapa mil dari sebuah sungai. Petani kecil membangun sumur pada pusat desa, lebih baik daripada pada lahan-lahan mereka dan diminum air, mengganti mengairi lahan mereka. Jika agen perubahan punya dasar programnya yang sedang berlangsung dirasakan dibutuhkan dari masyarakat, satu sumur mungkin telah disediakan untuk tujuan diminum. Mungkin sebuah kebutuhan yang lebih kuat  untuk irigasi dapat dijadikan dan dikembangkan oleh pengarah melunasi pembayaran finansial dari mengadopsi ini.
Seorang agen perubahan dapat mengizinkan para klien untuk mengejar solusi untuk kebutuhan mereka sangat lengkap bahwa kesalahan komitmen mereka  atau prioritas salah arah. Agen perubahan seharusnya berhati-hati pada para klien mereka dirasakan dibutuhkan dan diadaptasi program perubahan mereka. Mereka tidak seharusnya melepaskan peran mereka pada keadaan kebutuhan mereka, sehingga sebagai untuk optimalkan kesejahteraan para klien jangka panjang.
4.      Empati dari Agen Perubahan
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Empati dapat pula diartikan sebagai derajat untuk individu yang dapat meletakan dirinya sendiri ke dalam peran dari orang lain. Empati dari agen perubahan dengan klien adalah ketika klien mengalami kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen perubahan. diharapkan agen perubahan lebih sukses jika mereka mendapatkan empati dengan klien mereka. Generalisasi 9-4 :Kesuksesan agen perubahan dalam menjamin adopsi inovasi secara positif berhubungan untuk empati dengan para klien.
 Agen perubahan secara umum berorientasi untuk mencapai adopsi inovasi klien. Pada banyak kasus mereka mungkin lebih banyak efekif dalam long run jika mereka dicapai adopsi berkualitas tinggi, itulah, adopsi oleh klien yang dimana banyak dipuaskan dan yang dilalui selama sikap positif ini untuk adopter individu lainnya yang berpotensi. Program keluarga berencana akan diakui jika kualitas servis klien ditingkatkan, kecepatan angka penghentian akan turun, dan tanggung jawab akan adopsi akan menaik. Salah satu cara mengembangkan kualitas pelayanan klien telah melatih untuk perawat dan staf klinik lainnya untuk menyambut klien ketika mereka memasuki klinik, untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan klien untuk membentuk rencana keluarga, untuk lakukan kontak mata dengan klien, untuk bersenyum, dan untuk mengembangkan hubungan baik dengan klien. Ketrampilan interpersonal ini diakarkan untuk staf klinik di Nigeria dalam pelatihan selama tiga hari, dimana setelah dievaluasi oleh data yang ada dari rekaman klinik.
5.      Homofilitasnya dengan klien
Seperti yang telah didefinisikan pada sebelumnya, homophily adalah interaksi yang terjadi antara individu yang memiliki kesamaan pada pandangan, pengetahuan dan lainnya. Sedangkan heterophily adalah kebalikan dari homophily yaitu merupakan interaksi antar individu yang memiliki perbedaan. Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam banyak hal dari kliennya dan mereka memiliki kontak dengan kilen yang memiliki lebih banyak kesamaan pada diri mereka. Pernyataan umum seperti menimbulkan serangkaian generalisasi mengenai kontak agen perubahan dengan klien yang memiliki dukungan empiris yang kuat.
Generalisasi 9-5: kontak agen perubahan positif berkaitan dengan status sosial lebih tinggi di antara klien.
Generalisasi 9-6: kontak agen perubahan positif terkait partisipasi sosial yang lebih besar antara klien.
Generalisasi 9-7: kontak agen perubahan positif berkaitan dengan pendidikan formal lebih tinggi di antara klien.
Generalisasi 9-8: kontak agen perubahan positif terkait dengan pandangan internasional antara klien.
Semua generalisasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi terjadi lebih efektif antara agen perubahan dan kliennya jika mereka memiliki lebih banyak kesamaan antar satu sama lain. Komunikasi akan berlangsung efektif seperti itu dan bermanfaat sehingga mendorong agen perubahan untuk menghubungi klien yang jauh seperti mereka.
Nida (Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba) memperkirakan bahwa sekitar 15,000 orang bekerja di program terapi obat di Amerika Serikat, sebagian besar dari mereka bekerja sebagai konselor penyalahgunaan obat-obatan. Konselor ini dibayar relatif rendah (rata-rata sekitar $ 16,000 per tahun pada tahun 1990) yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah dan sebagian besar mantan pecandu narkoba.
Dengan demikian mereka relatif homophilous (memiliki kesamaan) dengan klien mereka. Peran konselor terutama disiplin: Mendesak klien-klien untuk mengambil metadon mereka, mengharuskan mereka harus menjalani tes urin rutin untuk menjamin bahwa mereka bebas narkoba, dan sebagainya. Rekan dekat agen perubahan tersebut tampaknya relatif sukses sebagai konselor penyalahgunaan obat, dimana homophily dengan klien pada variabel seperti status sosial ekonomi, budaya dan status minoritas, dan sebelumnya pengalaman pribadi dalam penggunaan obat penting.
6.      Kredibilitas Agen Perubahan
Meskipun asisten agen perubahan kurang memiliki kredibilitas kompetensi, yang didefinisikan sebagai sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan dan ahli, mereka memiliki keuntungan khusus yaitu kredibilitas keamanan, sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap sebagai dipercaya.
Sumber heterophilous / saluran (seperti agen perubahan profesional) dianggap memiliki kredibilitas kompetensi, sedangkan sumber homophilous / saluran (seperti asisten) dianggap memiliki kredibilitas keamanan. Seorang agen perubahan yang ideal akan memiliki keseimbangan antara kompetensi dan kredibilitas keamanan. Seorang agen perubahan mungkin homophilous dengan kliennya dalam karakteristik sosial (seperti status sosial ekonomi, etnisitas, dan sebagainya) tetapi heterophilous dalam hal kompetensi teknis tentang inovasi yang disebarkan.
Seorang asisten agen perubahan yang sebelumnya mengadopsi suatu inovasi dia akan mempromosikan pendekatan dengan menggunakan kombinasi homophily / heterophily dan kredibilitas kompetensi / kredibilitas sumber.
Generalisasi 9-10 menyatakan: keberhasilan agen perubahan dalam penerapan inovasi oleh klien secara positif terkait dengan kredibilitas di mata klien.
 Salah satu agen perubahan yang diragukan mengenai kredibilitasnya adalah salesman. Penerapan ide baru selalu mensyaratkan pembelian produk baru. Klien mengganggap bahwa salesman mempunyai kredibilitas yang rendah. Sebagai contoh, ditemukan bahwa 97% dari sampel para petani Ohio mereka lebih percaya kepada tetangga mereka daripada kepada salesman (Rogers, 1961).
7.      Sejalan dengan Pemimpin Opini
Pemimpin Opini adalah sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi individu lain secara informal sikap atau perilaku terbuka cara yang dikehendaki dengan frekuensi yang relatif. Kampanye difusi akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan memobilisasi para pemimpin opini.
Generalisasi 9-11 adalah: agen perubahan dalam menjamin keberhasilan adopsi inovasi oleh klien secara positif berkaitan dengan memperpanjang bahwa ia bekerja melalui pemimpin opini.
 Waktu dan energi dari agen perubahan adalah sumber daya yang langka. Dengan memfokuskan kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam suatu sistem sosial, agen perubahan dapat memanfaatkan sumber daya yang langka ini dan mempercepat laju difusi suatu inovasi di antara klien. Upaya ekonomi dicapai karena menghubungi pemimpin opini membutuhkan jauh lebih sedikit dari sumber daya agen perubahan dibandingkan jika setiap anggota sistem klien itu harus dikonsultasikan.
Terkadang agen perubahan keliru mengira inovator sebagai pemimpin opini. Pemimpin opini memiliki pengikut, sedangkan inovator adalah yang pertama mengadopsi ide-ide baru. Ketika agen perubahan berkonsentrasi pada upaya-upaya komunikasi inovator, bukan pemimpin pendapat, hasilnya mungkin adalah untuk meningkatkan kesadaran-pengetahuan tentang inovasi, tetapi hanya sedikit klien yang akan dibujuk untuk mengadopsi. Dengan memusatkan komunikasi kepada para pemimpin opini dalam sistem sosial klien, seorang agen perubahan dapat mengendalikan sumberdaya yang terbatas ini, bahkan dapat meningkatkan kecepatan difusi inovasi. Di sisi lain, dengan memanfaatkan bantuan para pemimpin opini, agen perubahan mendapatkan perlindungan dari sponsor lokal. Jaringan pesan dari near-peer seperti pemimpin opini dianggap kredibel dalam meyakinkan perorangan untuk mengadopsi inovasi.
8.      Kemampuan Evaluasi Klien
Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis. Tetapi jika agen perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan perubahan, ia harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis klien dan kemampuan klien untuk mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian klien dapat menjadi agen perubahan bagi diri mereka sendiri. Ini menunjukkan Generalisasi 9-12:keberhasilan agen perubahan untuk mengamankan adopsi inovasi oleh klien terkait dengan meningkatkan kemampuan klien untuk dapat mengevaluasi inovasi.
 Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli dengan tujuan-tujuan jangka pendek seperti peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya, dalam banyak kasus, kemandirian klien harus menjadi tujuan utama dari agen perubahan, sehingga dapat menghentikan ketergantungan klien terhadap agen perubahan. Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen perubahan, mereka biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi inovasi, daripada mencari klien untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk mengevaluasi inovasi bagi diri mereka sendiri.
Hubungan Agen Perubahan
1.        Hubungan Dengan Klien Status Rendah
Kurang terdidik serta berpenghasilan rendah, maka dari itu klien status rendah memerlukan bantuan dari agen perubahan untuk melakukan lebih dari yang dilakukan oleh klien elit. Kebanyakan dari klien elit homophilous dengan agen perubahan sehingga komunikasi antara mereka menjadi lebih mudah dan efektif. Klien status rendah secara sosial ekonomi berbeda dengan agen perubahan dan gap perbedaan ini menhambat komunikasi yang efektif. Jika agen perubahan merupakan karyawan dari pemerintah atau institusi lembaga, klien status rendah mungkin akan ragu-ragu terhadap agen perubahan.
Akhirnya, banyak dari agen perubahan yang tidak mencoba untuk menghubungi mereka yang lebih membutuhkan, karena ramalan memenuhi diri dari klien status rendah agen perubahan telah dikembangkan dari pengalaman lalu mereka. Para agen perubahan berpikir bahwa klien status rendah tidak responsif terhadap usaha dari agen perubahan dalam mendifusikan suatu inovasi. Dalam pikiran suatu agen perubahan klise ini menghambat agen perubahan dalam memulai kontak dengan klien berpenghasilan rendah. Agar komunikasi dapat terjalin lagi yaitu dengan mencari agen perubahan yang sama seperti klien agar dapat terjadi komunikasi yang lebih efektif.
Hubungan dengan Asisten Agen Perubahan
Seorang asisten agen perubahan tidak lebih dari agen perubahan profesional yang intensif menghubungi klien untuk mempengaruhi keputusan inovasi. Salah satu keuntungan dari asisten agen perubahan adalah mereka lebih rendah biaya dalam menghubungi per-klien. Di Asia, 30 asisten dapat digunakan untuk biaya yang sama sebagai salah satu dokter. Keuntungan utama dari asisten agen perubahan yaitu asisten secara sosial lebih dekat dengan anggota yang berstatus lebih rendah dari pengguna sistem yang mereka layani. Keahlian teknis mungkin bukan kualitas yang paling penting dari agen perubahan di mata klien. Penerimaan pribadi dari agen perubahan adalah sama pentingnya, atau lebih penting daripada keahlian teknis. Asisten agen perubahan secara teknis jauh kurang ahli dari profesional, tetapi mereka sering lebih dari menebus status mereka lebih rendah dari keahlian teknis melalui keahlian sosial mereka lebih besar. Misalnya, asisten keluarga berencana di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga adalah paraprofessional perempuan, yang lebih mampu membahas topik sensitif budaya kontrasepsi dengan klien perempuan dibandingkan laki-laki mayoritas dokter (Rogers, 1973).
Dengan demikian, pemilihan asisten agen perubahan menurut jenis kelamin, pendidikan formal dan kenalan pribadi dengan sistem klien dapat meminimalkan jarak sosial antara sistem agen perubahan dan sistem klien. asisten sering membagi dua jarak sosial antara profesional dan klien status rendah.
Sentralisasi dan Desentralisasi Difusi
Sistem difusi yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan ialah system difusi sentralisasi, yang sering disebut juga system difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok system difusi sentralisasi ialah: ide inovasi muncul dari para ahli yang kemudian disebarluaskan dalam
bentuk paket yang seragam kepada anggota system social yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi sentralisasi ini pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk menyebarluaskan inovasi di bidang pertanian. Para ahli pertanian yang menemukan suatu ide baru, kemudian ditentukan bagaimana cara penyebarannya, siapa yang menyebarkan, siapa sasaran utama untuk menerima ide baru tersebut, dan prencanaan lainya, semuanya ditentukan oleh sekelompok ahli.
Dalam model klasik inovasi berasal dari beberapa sumber yang ahli dalam hal ini dapat berupa para ulama, pembuat kebijakan dan agen perubahan. Di Amerika Serikat, keputusan mengenai difusi inovasi pertanian disana cenderung untuk terpusat. Jadi pengambil keputusan-keputusan penting seperti untuk siapa inovasi tersebut, bagaimana penyebarannya, dan sebagainya dilakukan oleh pusat. Hal ini juga berlaku dengan di bidang lain diluar pertanian.
Di Indonesia sendiri nampaknya hal ini juga berlaku, dalam hal pendidikan jelas terlihat bahwa pemerintah memegang peranan penting dalam melakukan inovasi. Misalnya dalam inovasi KTSP, pemerintah jelas memegang peranan penting dalam pendifusian inovasi tersebut.
Belakangan ini, teori difusi klasik dianggap tidak efektif lagi untuk diterapkan. Sekitar tahun 1967, Schon mencatat bahwa teori difusi yang terpusat tertinggal dibandingkan dengan realita yang ada. Dia mengkritik teori difusi klasik karena teori ini menganggap bahwa inovasi harus berasal dari pusat baru kemudian disebar artinya inovasi tidak mungkin berasal dari lokal.
Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa system difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya banyak terjadi modifikasa atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan. Demikian pula Schon pada tahun 1971 mengatakan bahwa teori difusi jauh lebih tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu system difusi yang baru. Ia menyatakan bahwa system sentralisasi tidak dapat menampung munculnya ide-ide baru dari berbagai bidang yang sangat komplek, dan menungkinkan terjadinya difusi melalui jalur yang horizontal. Lalu dari hal tersebut, maka muncul ide-ide baru untuk menyebarkan inovasi yaitu dengan jaringan horizontal. Dengan munculnya jaringan horizontal inovasi yang dikembangkan akan dimodifikasi oleh para ahli atau agen perubahan agar dapat disebarkan ke suatu lingkungan masyarakat yang sesuai dengan kondisi mereka. Maka kemudian timbul system difusi desentralisasi yang ditandai dengan: munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebagai agen perubahan. Penemuan yang dilakukan biasanya berasal dari local innovators Difusi dengan cara ini disebut dengan difusi desentralisasi. Difusi ini tidak diputuskan oleh pusat atau para ahli. Sebaliknya, pengambilan keputusan dalam sistem difusi ini dilakukan secara bersama dengan masyarakat yang akan mengadopsi suatu inovasi. Dalam beberapa hal, adopters dapat mengganggap diri mereka sebagai agen perubahan.





Perbandingan Sentralisasi dan Desentralisasi
Perbedaan mengenai difusi secara sentralisasi dan desentralisasi sistem terdapat dalam tabel berikut :
No
Karakteristik sistem difusi
Sentralisasi Sistem Difusi
Desentralisasi Sistem Difusi
1
Pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan
Di pegang oleh pemerintah dan orang yang ahli
Pengambilan keputusan berdasarkan dari anggota. Banyak difusi yang bersifat spontan dan tidak terencana
2
Arah difusi
Bersifat top down innovation dari orang yang ahli kepada masyarakat/klien lokal
Dilakukan dengan unit lokal dan lewat network horizontal
3
Sumber inovasi
Inovasi berasal dari orang-orang yang ahli (Research and Development)
Inovasi berasal dari pengalaman dan ujicoba yang dilakukan oleh inovator lokal
4
Siapa yang memutuskan untuk mendifusikan inovasi ?
Keputusan mengenai bagaimana pendifusian inovasi dilakukan oleh pemerintah dan orang yang ahli
Unit lokal yang akan memutuskan berdasarkan evaluasi yang mereka lakukan terhadap inovasi
5
Seberapa penting kebutuhan klien dalam mendorong proses difusi ?
Inovasi berdasar pada perkembangan teknologi dan menekankan kebutuhan pada tersedianya inovasi
Inovasi dikembangkan berdasarkan masalah yang terjadi, berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi
6
Jumlah penemuan kembali ?
Penemuan lebih sedikit
Penemuan lebih banyak terjadi.

Secara umum sentralisasi difusi didasarkan atas komunikasi satu arah. Sedangkan di dalam sistem desentralisasi komunikasi lebih bersifat konvergen sehingga terjadi komunikasi antar lainnya sehingga dapat terjadi tukar informasi sehingga ditemukan satu kata sepakat. Asumsi dasar mengenai sistem difusi desentralisasi adalah setiap anggota berhak untuk menentukan keputusan bagaimana proses difusi dilaksanakan.
Sistem difusi desentralisasi yang ada di berbagai bidang dan lokasi menunjukan bahwa kita telah meremehkan kemampuan dari para penggunan untuk mengelola proses difusinya sendiri. Penelitian yang masih sedikit mengenai difusi ini menyebabkan pemahaman yang terbatas.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Difusi Desentralisasi
Dibandingkan dengan sistem terpusat, inovasi disebarkan oleh sistem desentralisasi cenderung cocok dan lebih dekat dengan kebutuhan dan masalah pengguna.  Pengguna merasa memiliki kontrol atas sistem difusi desentralisasi, saat mereka berpartisipasi dalam membuat keputusan-keputusan, seperti dengan memilih masalah yang mereka rasa paling memerlukan perhatian maka akan ditentukan inovasi terbaik yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Masalah mengenai bagaimana untuk mencari informasi mengenai setiap inovasi, sumber apa yang diperlukan  dan seberapa perlu untuk memodifikasi inovasi juga akan menjadi mudah karena menggunakan sistem desentralisasi.. Tingginya kontrol pengguna dalam menentukan keputusan-keputusan berarti bahwa sistem difusi desentralisasi erat kaitannya dengan kebutuhan lokal.
Beberapa kelemahan namun, biasanya ditandai oleh difusi sistem desentralisasi (dibandingkan dengan sistem difusi terpusat);
1.       Jika inovasi yang akan disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana bidang ilmu tertentu), maka system ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan karena akan terjadi kesukaran mencari tenaga ahli.
2.       Keahlian teknis yang kurang sehingga menyebabkan sulit untuk mengarahkan keputusan tentang inovasi dalam hal menyebar dan mengadopsi, dan mungkin penyebaran inovasi tidak efektif melalui sistem desentralisasi karena kurangnya kontrol kualitas. Jadi, ketika sistem difusi menyebarkan inovasi dengan melibatkan tingkat keahlian teknis yang tinggi, sistem desentralisasi difusi mungkin kurang tepat dari sistem difusi lebih terpusat.
3.      Sistem difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki kelemahan kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang dihadapi, inovasi mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan difusi, dan sebagainya.
4.      Selanjutnya, non experts dalam sistem desentralisasi difusi. Kurangnya pemahaman mengenai strategi difusi yang mungkin digunakan.  Akibatnya, situs-kunjungan untuk mengamati inovasi digunakan oleh sebuah adopter adalah saluran utama difusi.  Seperti situs-mengunjungi dapat menjadi cara yang efektif untuk difusi, tetapi dapat menimbulkan masalah overload untuk situs yang dikunjungi, seperti yang terjadi untuk individu, organisasi, atau kota yang memiliki ribuan situs-pengunjung per tahun.  Sepenuhnya sistem desentralisasi difusi mungkin menderita dari kenyataan bahwa pengguna lokal, yang mengontrol sistem, kurangnya pengetahuan yang memadai masalah pengguna dan tersedia inovasi tentang yang bisa menyelesaikannya.
5.      Terkadang sebuah pemerintah nasional ingin suatu inovasi yang disebarkan dan orang-orang tidak merasa perlu dengan inovasi yang dibuat.  Contohnya adalah keluarga berencana di negara-negara Dunia Ketiga, yang mungkin menganggap pemerintah sebagai prioritas tinggi tetapi masyarakat lokal mungkin tidak ingin.  Sistem desentralisasi difusi untuk pengguna inovasi tidak ada di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.  Demikian pula, inovasi lingkungan seperti daur ulang mungkin menjadi prioritas nasional, tetapi tidak populer dengan orang-orang. Pendekatan difusi desentralisasi tidak akan bekerja di sini.
Difusi dengan sistem desentralisasi bisa diterapkan dengan cara :
1.       Sistem desentralisasi difusi paling tepat dilakukan dengan kondisi tertentu, seperti untuk penyebaran inovasi yang tidak melibatkan tingkat keahlian teknis tinggi, dimana pengguna mempunyai kondisi yang relatif heterogen.  Ketika kondisi homogen, sebuah pendifusiaan dengan sistem yang terpusat mungkin relatif lebih tepat.
2.       Beberapa elemen sistem difusi terpusat dan tidak terpusat dapat dikombinasikan untuk membentuk sistem difusi hibrida yang unik sesuai situasi tertentu.  Misalnya, sebuah sistem difusi dapat menggabungkan jenis mengkoordinasikan peran-pusat, dengan keputusan desentralisasi yang dibuat tentang inovasi yang harus disebarkan dan yang pengguna harus mengunjungi situs.  Teknis evaluasi inovasi yang menjanjikan dapat dibuat dalam sistem desentralisasi dinyatakan difusi.
Agen Perubahan Dalam Implementasi Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan membutuhkan agen-agen perubahan yang dapat mendorong perubahan (drive to change), bukannya dipimpin oleh perubahan (lead by change), atau menolak perubahan (resist to change). Agen perubahan yang dibutuhkan adalah agen perubahan yang memiliki pengetahuan tentang perubahan serta pengetahuan terhadap aspek dasar perubahan sebagai sesuatu yang kritis bagi proses perencanaan, kepemimpinan, pengelolaan, dan evaluasi perubahan.
Untuk suatu usaha perubahan yang berhasil, tindakan, dan peristiwa perlu didasari pada pemahaman tentang bagaimana transisi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses organisasi. Evaluasi perubahan item-item dalam dimensi ini menggambarkan pentingnya mempertahankan momentum perubahan dan energy positif terarah menuju sasaran perubahan, memonitor perkembangan.
Untuk menggali potensi yang dimiliki seseorang sebagai agen perubahan dipergunakan instrument Change Agent Questionnaire (CAQ). Semakin tinggi potensi sebagai agen perubahan yang dimiliki seseorang diharapkan akan semakin tinggi kemampuan orang tersebut melakukan perubahan organisasi secara efektif.
Perubahan pendidikan tingkat lokal berkaitan erat dengan guru, kepala sekolah, siswa, Dinas Pendidikan setempat, konsultan, dan orangtua serta masyarakat yang tergabung dalam dewan sekolah.
1. Guru
Guru harus menjadi agen perubahan yang paling siap dalam implementasi inovasi pendidikan. Guru harus mengambil langkah dan inisiatif untuk mendesain proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru memiliki peluang yang sangat besar untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran.
Melalui kegiatan pembelajaran yang inovatif, atmosfer kelas akan menjadi lebih nyaman tidak kaku dan monoton. Peserta didik pun memilki kesempatan untuk lebih banyak diskusi, berinteraksi dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan kaidah-kaidah keilmuan sendiri. Mereka menjadi terbiasa untuk berbeda pendapat dan menghargai perbedaan sehingga mereka menjadi sosok manusia yang cerdas dan kritis serta selalu siap dengan segala bentuk perubahan. Dengan demikian masyarakat maju yang dinamis dan terbuka dengan perubahan akan terbentuk dalam konteks kepribadian bangsa.
2. Kepala Sekolah
Sekolah merupakan tempat ujung tombak untuk terjadinya perubahan dalam pendidikan. Dan kepala sekolah sebagai manajer sekolah memiliki peran yang sangat penting sebagai agen perubahan. Kepala sekolah berada ditengah-tengah hubungan antara guru dengan ide dari masyarakat luar harus berperan aktif sebagai inisiator atau fasilitator dari perubahan program. Kepala sekolah harus terlibat secara langsung dalam perubahan.
3. Siswa
Proses perubahan dalam inovasi pendidikan, pada umunya ditujukan untuk meningkatkan prestasi siswa. Tetapi seringkali, inovator jarang memikirkan siswa sebagai partisipan dalam suatu proses perubahan dan kehidupan organisasi. Mereka dianggap sebagai objek perubahan bukan sebagai subjek . Padahal jika siswa berpikir bahwa guru tidak memahami mereka, maka biasanya akan timbul kesenjangan komunikasi diantara mereka, dan hanya sejumlah kecil siswa ikut berpartisipasi dalam perubahan tersebut.
4. Dinas Pendidikan Setempat
Tugas Dinas Pendidikan setempat adalah untuk mengarahkan pengembangan dan pelaksanaan suatu rencana, menunjukkan dan memasukan seluruh perubahan pada tingkat wilayah, sekolah, dan kelas. Dinas Pendidikan setempat merupakan individu penting untuk melaksanakan harapan dari pola perubahan dalam wilayahnya.
Mereka berperan pada tiga tahap utama dari perubahan, yaitu keputusan inisial atau mobilisasi, implementasi, dan institusionalisasi.
5. Orang Tua
Kebanyakan orang tua memperhatikan dan tertarik dalam program dan perubahan yang bersangkutan dengan siswa. Namun dalam pelaksanaanya sering terdapat beberapa rintangan yang dihadapi keterlibatan orang tua. Rintangan ini dikategorikan dalam rintangan fenomenologis dan logistis. Rintangan fenomenologis berhubungan dengan kurang pengetahuan dan pemahaman bahwa administratur dan orang tua memiliki dunia yang berbeda. Sedangkan rintangan logistis atau teknis berkaitan dengan kurangnya waktu, kesempatan. Aktivitas atau bentuk keterlibatan orang tua akan lebih efektif untuk tercapainya perubahan sebagai implementasi inovasi di sekolah.









Daftar Pustaka
ü  Rogers, E. M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.





1 komentar:

quianaeatmon mengatakan...

Casino | Hendon Mob, Inc. Company Profile & Executives
HENDON MOUTHTON, INC. 청주 출장마사지 Company Description: HENDON MOUTHTON, INC. is 태백 출장샵 a 충청남도 출장샵 hotel and casino in Las 거제 출장샵 Vegas, 오산 출장샵 NV.